HERMENEUTIKA
·
Pengertian dan Sejarah Singkat Hermeneutika
Secara etimologi, hermeneutika berasal dari kata “hermeneuin” yang berarti menafsirkan
atau seni memberikan makna (the art of
interpretation). Adapun istilah hermeneutika itu kerap dihubungkan dengan
kata Hermes. Hermes, dalam mitologi
Yunani, adalah seorang dewa yang bertugas membawa pesan-pesan para dewa kepada
manusia. Prinsip hermeneutika waktu itu adalah menjelaskan, menafsirkan, dan
menerjemahkan. Dalam focus analisis teks, maka penafsiran difokuskan pada dua
tingkat analisis, yakni:
1.
Pada tingkat permukaan
2.
Pada tingkat
yang lebih dalam
Kini,
hermeneutika berkembang sebagai metode penafsiran teks dalam pengertian luas
yakni melingkupi: tanda, simbol, ritual keagamaan, kerya seni, sastra, sejarah,
psikologi dan lain-lain. Jadi hermeneutika adalah metode analisis tentang
segala sesuatu yang mengandung makna.
·
Paradigma Lama (Positivisme) dan Paradigma Baru
(Hermeneutika dan Postmodernisme)
Perbedaan paradigma lama dengan paradigma baru
dikemukakan oleh Jonathan A. Smith, Rom Harre, dan Luk van Langenhove (1995)
Paradigma
Lama
|
Paradigma
Baru
|
Pengukuran, perhitungan, prediksi
|
Pemahaman, deskripsi, prediksi
|
Kausalitas, frekuensi
|
Makna
|
Analisis statistik
|
Interpretasi
|
Reduksi realitas pada angka-angka
|
Bahasa, wacana, simbol
|
Atomistik
|
Holistik
|
Universal
|
Partikularitas
|
Bebas Konteks
|
Terkait konteks budaya
|
Objektivitas
|
Subjektivitas
|
·
Tokoh-tokoh Hermeneutika dan Pemikirannya
1.
Friedrich
Schleiermacher lahir di Breslau Selatan
Polandia (1768-1834). Dia adalah peletak dasar hermeneutika modern sekitar dua
abad lalu. Schleiermacher dijuluki sebagai Bapak Teologi Modern sekaligus
sebagai Bapak Hermeneutika Modern.
2.
Wilhelm Dilthey
hidup sezaman dengan Nietzsche dan ia yang menguatkan fundasi Schleiermacher
itu.
3.
Martin Heidegger
dilahirkan dalam tradisi Katolik yang taat di kota Messkirch Jerman (Lemay&
Jennifer A. Pitts, 2001:28). Filsafat Heidegger adalah sebagai upaya untuk
memikirkan terus arti syarat eksistensi yang ia sebut sebagai “Ada”. “Ada”
sebagai syarat awal atau dasar yang memungkinkan segala sesuatu yang lahir
menjadi “ada”.
4.
Paul Ricoeur.
Hermeneutika Ricoeur acap disebut sebagai fenomenologi- hermeneutika. Jasa
terbesar tokoh yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai pemenang hadiah Balzan Prize for Philosophy pada tahun
1999 ini. Ricoeur meilhat hermeneutika secara mendasar terbagi atas dua model.
Model pertama adalah hermeneutika yang bertujuan untuk merestorasi makna yang
ditujukan pada “saya” melalui sebuah teks atau pesan.Model kedua, adalah
hermeneutika ”kecurigaan” yang bertujuan menyingkap kebohongan dan ilusi
kesadaran. Langkah Hermeneutika Ricoeur:
Langkah
|
Proses
|
Hasil
|
Distansiasi
|
Otonomi teks
|
Dunia
internal teks
|
Interprestasi
|
Menelaah
teks acara utuh (Komposisi, genre, gaya) (melalui pendekatan fenomenologi).
Menganalisis struktur cerita (melalui
semiotik).
|
Semantik
permukaan (kebenaran performatif). Semantikd alam(sense of text).
|
Apropriasi
|
Melihat teks
dengan sikap percaya & curiga untuk memperoleh makna
|
Katarsis,
transformasi diri
|
Makna teks
adalah sense dan reference. Sense Adalah isi ideal wacana menurut struktur
formalnya. Reference adalah gerak transenden ke arah realitas.
5.
Hans-Georg
Gadamer lahir di Marburg. Jerman pada tanggal 11 Februari tahun 1900. Gadamer
belajar di Universitas Breslau, Marburg, Freiburg dan Munich. Gadamer merupakan
salah satu tokoh hermeneutika terkemuka
dan memperoleh gelar doktor pada usia 22 tahun di bawah bimbingan Martin
Heidegger. Pokok-pokok pikiran hermeneutika Gadamer:
Ø Pengetahuan tidak hanya bebas “prasangka”, akan
tetapi justru memerlukannya. Karena itu, daripada kita menyembunyikan
prasangka, lebih baik mengeksplisitkannya.
Ø Karena tidak bebas prasangka, maka pemahaman tidak
bisa dilepaskan dari Wirkungsgeschichte,
yaitu kenyataan bahwa pemahaman juga merupakan suatu kontinuitas proses
sejarah.
Ada tiga hal penting dalam pemikiran hermeneutika
Gadamer:
Ø Memahami kenyataan (realitas) sesungguhnya adalah
menafsirkan.
Ø Semua pemahaman pada pokoknya terikat dengan bahasa.
Ø Pemahaman atas makna teks tidak dapat dipisahkan
dari aplikasinya.
Ada
tiga hal penting yang harus dipertimbangkannya:
Ø Dalam konteks apa suatu teks ditulis
Ø Bagaimana komposisi tata bahasa teks, bagaimana
menyatakan dan apa yang dinyatakannya.
Ø Bagaimana keseluruhan teks (pandangan dunianya).
·
Jenis-jenis Hermeneutika
Josef
Bleicher (1980) membagi hermeneutika atas 3 jenis:
Ø Hermeneutika Teoritis adalah hermeneutika yang
mencari makna atau pemahaman yang sesuai dengan maksud penulis/pengarang teks.
Ø Hermeneutika Filosofis ini berbeda dengan
hermeneutika teoritis. Hermeneutika teoritis ingin mencari makna teks yang
sesuai dengan maksud penulis/pengarang teks, artinya mengandaikan atau percaya
adanya penafsiran yang objektif, hermeneutika filosofis beranggapan sebaliknya.
Ø Hermeneutika Kritis bertujuan untuk mengungkap
“kepentingan” penggagas/pengarang/penulis teks. Artinya, “teks” diposisikan
sebagai sesuatu yang “dicurigai” lantaran dapat saja menyimpan
kesadaran-kesadaran palsu.
·
Monosemi Teks dan Polisemi Teks
Dalam tradisi hermeneutika, Schleiermacher, Dilthey,
Betty dan Hirsh adalah para hermeneutika yang mencita-citakan suatu pemahaman
yang benar dengan mencari makna yang asli. Cita-cita pencapaian penafsiran yang
objektif disini diistilahkan sebagai monosemi teks. Gadamer yang menganjurkan
dan membukan jalan bagi hermeneutika dengan kemungkinan munculnya berbagai
penafsiran yang berbeda diistilakan sebagai polisemi teks.
·
Konteks Budaya-Sosial dan Penafsiran Makna/Teks
Konteks Budaya merupakan kumpulan pengetahuan dan
perilaku bahasa yang sama-sama dimiliki oleh sejumlah kelompok atau masyarakat
tertentu. Ia mencakup keseluruhan sistem dari prinsip-prinsip budaya, pola-pola
komunikasi antar masyarakat dan bentuk-bentuk perilaku yang diterima dalam satu
budaya tertentu. Sementara itu konteks sosial adalah keanggotaan seseorang
dalam masyarakat, dimana ia akrab dengan nilai-nilai dan keyakinan budaya,
pranata serta sikap dan pandangan individu dalam masyarakat.
·
Lingkaran Hermeneutika dan Asumsi-asumsi Mengapa
Manusia Bisa (Saling) Memahami
Hermeneutika dewasa ini pada umumya menolak penafsiran
satu arah. Lima asumsi dasar:
Ø Memahami
Ø Tindakan dan gerak-gerik tubuh serta tutur kata
Ø Manusia memiliki kemampuan ”menembus” lapisan luar
Ø Daya pemahaman manusia tidak terbatas
Ø Dua orang yang asing satu sama lain yang hidup dalam
konteks yang berbeda, dapat saling memahami
·
Hermeneutika dan Ilmu-ilmu Sosial Kemanusian
Wilhelm Dilthey, salah satu tokoh hermeneutika, yang
pemikirannya sudah di singgung, mengemukakan dua bidang ilmu pengetahuan.
Pertama adalah Naturwissenchaften
mengacu kepada ilmu-ilmu alam, kedua adalah Geisteswissenschaften
mengacu kepada ilmu-ilmu sosial-kemanusian. Perbedaan antara Naturwissenchaften dan Geisteswissenschaften:
Faktor
Pembeda
|
Naturwissenchaften
|
Geisteswissenschaften
|
Objek
|
“Benda-benda fisik”
|
Manusia
|
Hubungan Subjek-Objek
|
Tidak saling memengaruhi
|
Saling memengaruhi
|
Metode
|
Erklaren (penjelasan)
|
Verstehen (interpretasi/ hermeneutika
|
·
Hermeneutika Radikal (Dekonstruksi)
Konsep penting dalam postmodernisme adalah
dekonstruksi. Dekonstruksi menjadi konsep penting dalam penelitian
sosial-budaya. Dekonstruksi ini kerap disebut sebagai “hermeneutika radikal”.
Rorty melakukan pembedaan hermeneutika menjadi 2: (1) hermeneutika tipe
biasa(normal) dan (2) hermeneutika tipe “luar biasa” atau radikal
(Rorty,1980;1981). Terdapat 2 model interpretasi. Model pertama adalah model
penafsiran yang berupaya memaparkan semacam “impian-impian” ihwal satu
kebenaran atau disebut Derrida sebagai hermeneutika metafisik. Model kedua
adalah interpretasi yang mendukung “permainan bebas”- model hermeneutika
disebut hermeneutika non-metafisik (Derrida, 1978:282).
Bab
9 – FENOMENOLOGI
·
Pengertian Fenomenologi dan Perbedaan
Fenomenologi Kant dan Hegel dengan Husserl
Fenomenologi
terbentuk dari kata fenomenon yang
artinya sesuatu yang menampakkan diri dan
logos yang artinya ilmu. Jadi
fenomenologi berarti ilmu yang membahas tentang sesuatu yang menampakkan diri.
Istilah
fenomenologi digunakan pertama kalinya oleh Immanuel Kant dan George Wilhelm
Friedrich Hegel.
Kant
mengemukakan istilah fenomena dan noumena yang mengacu pada apa yang tampak dan
dapat dimengerti. Kant membuat perbedaan dari fenomena sebagai realita yang
dapat diketahui, dapat diobservasi sedangkan noumena sebagai hakikat realitas
yang berada dibalik fenomena yang kita tidak dapat memahaminya sebab tidak ada
jalan masuk indrawi ke noumena itu.
Hegel
mengemukakan istilah fenomena sebagai panampakan diri dari akal yang tidak
terbatas saja. Bagi Hegel, tidak ada pertentangan antara fenomena dengan
noumena, tidak ada pertentangan antara yang dapat diamati dengan yang tidak
dapat dipikirkan secara rasional.
Husserl
mengemukakan istilah fenomena dengan sebutan fenomenologi yang menolak
pandangan reduksionisme (melihat manusia sebagai fakta objektif). Pandangan
seperti ini disebut Husserl dengan “naturalism” yang berarti pandangan
filosofis yang menjadi sikap ilmiah positivisme yang melihat segala sesuatu
sebagai alam yang diatur oleh hukum-hukum alam secara universal.
·
Fenomenologi
Husserl
Ada beberapa istilah dalam
fenomenologi Husserl yaitu
a. Epoche
; menunda atau mengosongkan diri dari praduga-praduga, penilaian dan
pengandaian itu. Tujuannya, agar keterangan yang tampak dalam fenomena itu
benar-benar asli, tidak terlebih dahulu dicampuri oleh praduga pengamat.
b. Reduksi
No
|
Jenis Reduksi
|
Keterangan
|
1
|
Reduksi fenomenologis
|
Sebagai sikap menyisihkan pengalaman
pada pengamatan pertama, sehingga pengertian terhadap suatu objek tidak
terdistorsi oleh praduga, penilaian dan sebagainya.
|
2
|
Reduksi eidetis
|
Sebagai sikap untuk menemukan eidos/esensi yang tersembunyi.
Hasilnya adalah pemilihan hakikat yang sebenarnya dan bukan sesuatu yang
sifatnya asesoris atau imajinasi semata.
|
3
|
Reduksi transendental
|
Subjek yang dihayati oleh kesadaran
itu sendiri.
|
c. Intensionalitas
; kesadaran merupakan selalu kesadaran tentang sesuatu. Ada aspek dalam
intensionalitas yaitu Konstitusi yang berarti aktivitas kesadaran menuju suatu
penampakan fenomena dalam kesadaran.
d. Lebenswelt
; dunia sebagaimana kita hayati dengan pandangan idealisme maupun rasionalisme.
·
Fenomenologi
Martin Heidegger
1. Fenomenologi
sebagai Analisis Eksistensial
Heidegger
memokuskan pengamatan fenomenologinya mengarah kepada dunia manusia yang ada
dalam dunia menunjukkan keterlibatan, keterkaitan, komitmen dan keakraban
manusia dengan lingkungan alam dan budayanya.
2. Tujuan
Fenomenologi Heidegger
Tujuannya
untuk mengetahui problem apa yang diangkat oleh Heidegger sendiri seperti “lupa
akan makna Anda” dan mengembangkan metode khusus untuk mengajukan dan menjawab
pertanyaan tentang “makna Anda” yang telah dilupakan orang tersebut. Secara teoritis maksudnya adalah dapat dilihat
dari pelbagai pandangan ilmu pengetahuan atau teori-teori yang mengabaikan
nilai dan makna eksistensi manusia. Sementara itu dari segi praktis maksudnya
adalah ditandai dengan gejala-gejala seperti rutinitas, kedangkalan hidup serta
ketidakaotentikan dalam menjalankan kehidupan.
·
Fenomenologi
Merleau Ponty
1. Pengertian
Fenomenologi
No
|
Pengertian
Fenomenologi
|
1
|
Fenomenologi adalah pembahasan
mengenai esensi.
|
2
|
Fenomenologi adalah filsafat yang
mengembalikan esensi ke keberadaannya dan merumuskan tentang manusia dan
dunia bertolak dari fakta dan keberadaanya saja.
|
3
|
Fenomenologi adalah satu filsafat
transedental yang sengaja menunda kepastian yang timbul dari sifat natural,
agar dapat menghayatinya dengan lebih sempurna.
|
4
|
Fenomenologi adalah filsafat yang
menerima kenyataan bahwa dunia telah tersedia sebelum melakukan usaha
perenungan tentang dunia itu.
|
5
|
Seluruh usaha fenomenologi terpusat
pada peletakan kembali hubungan langsung dengan dunia itu, secara langsung
dalam iklim primitif,akan tetapi kontak itu dilakukan secara filosofis.
|
6
|
Fenomenologi merupakan filsafat yang
ingin menjadi filsafat yang rigrous dan sekaligus memberi pulang untuk ruang,
waktu dan dunia yang di dalamnya kita berada.
|
7
|
Fenomenologi mencoba memberi satu
deskripsi langsung mengenai pengalaman kita seadanya, tanpa mempertimbangkan
segi-segi asal usul psikologis dan tanpa menerima keterangan tentang penyebab
yang mungkin dapat diberikan oleh ilmuwan, sejarawan atau sosiolog.
|
2. Penolakan
atas Dualisme
3. Persepsi
Persepsi
adalah suatu intensi dari seluruh ada kita, yaitu suatu cara mengada yang
terletak dalam dunia pra-objektif.
·
Perbedaan
Fenomenologi Husserl dengan Heidegger dan Ponty
Pada
fenomenologi Husserl, Husserl mengajukan beberapa tahapan reduksi untuk sampai
kepada esensi. Pada Heidegger maupun Ponty, mereka menolak atau mengabaikan
reduksi-reduksi Husserl tersebut. Perbedaan lainnya, apabila pada fenomenologi
Husserl masih ada tujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia sebagaimana
adanya, pada Heidegger dan Ponty tidak lagi bertujuan semacam itu.
Diantara
perbedaan-perbedaan yang ada, ketiganya tetap memiliki persamaan yaitu tentang
bagaimana menjembatani kesenjangan antara pengalaman subjektif dan objektif.
·
Fenomenologi
dan Ilmu-ilmu Sosial-Kemanusiaan
Objek pada ilmu-ilmu
social-kemanusiaan adalah manusia lengkap dengan dinamikanya yang tidak dapat
diseragamkan satu sama lain. Sementara pada ilmu-ilmu alam, dimana objeknya
adalah benda-benda fisik, relatif lebih dapat diperlakukan sama.
·
Fenomenologi
dan Psikologi
Ciri-ciri
Psikologi Humanistik
No
|
Ciri-ciri Psikologi Humanistik
|
1
|
Memusatkan
perhatian pada seseorang yang mengalami.
|
2
|
Menekankan
pada kualitas-kualitas yang khs manusiawi seperti kesadaran, kebebasan
memilih, kreativitas dan realisasi diri sebagai lawan dari manusia yang
mekanistik dan deterministic.
|
3
|
Menekankan
arti dan makna dalam pemilihan masalah dan prosedur penelitian dan menolak
penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengabaikan arti.
|
4
|
Menempatkan
nilai kemanusiaan pada tempat yang tinggi, memperhatikan pengembangan
potensi-potensi yang inheren pada setiap individu, dan membantu individu
menempatkan diri di tengah masyarakat.
|
Asumsi
Psikologi Humanistik tentang Manusia
No
|
Asumsi Psikologi Humanistik tentang
Manusia
|
1
|
Manusia
adalah makhluk yang memiliki kebebasan lebih kuat dari determinisme mekanisme
naluriah atau deternimisme lingkungan.
|
2
|
Manusia
adalah makhluk rasional
|
3
|
Manusia
adalah makhluk yang utuh.
|
4
|
Manusia
berada antara menentukan diri dan pengaruh lingkungan.
|
5
|
Manusia
adalah makhluk yang mengalami perubahan.
|
6
|
Subjektivitas
lebih dominan dari objektivitas.
|
7
|
Manusia
cenderung proaktif daripada reaktif.
|
8
|
Manusia
berada dalam ketegangan antara homeostesis
dan heteroestesis.
|
9
|
Manusia
tidak dapat diketahui sepenuhnya.
|
0 komentar:
Posting Komentar