Rabu, 07 Desember 2016

HERMENEUTIKA

·         Pengertian dan Sejarah Singkat Hermeneutika
            Secara etimologi, hermeneutika berasal dari kata “hermeneuin” yang berarti menafsirkan atau seni memberikan makna (the art of interpretation). Adapun istilah hermeneutika itu kerap dihubungkan dengan kata Hermes. Hermes, dalam mitologi Yunani, adalah seorang dewa yang bertugas membawa pesan-pesan para dewa kepada manusia. Prinsip hermeneutika waktu itu adalah menjelaskan, menafsirkan, dan menerjemahkan. Dalam focus analisis teks, maka penafsiran difokuskan pada dua tingkat analisis, yakni:
1.      Pada tingkat permukaan
2.      Pada tingkat yang lebih dalam
Kini, hermeneutika berkembang sebagai metode penafsiran teks dalam pengertian luas yakni melingkupi: tanda, simbol, ritual keagamaan, kerya seni, sastra, sejarah, psikologi dan lain-lain. Jadi hermeneutika adalah metode analisis tentang segala sesuatu yang mengandung makna.
·         Paradigma Lama (Positivisme) dan Paradigma Baru (Hermeneutika dan Postmodernisme)
            Perbedaan paradigma lama dengan paradigma baru dikemukakan oleh Jonathan A. Smith, Rom Harre, dan Luk van Langenhove (1995)
Paradigma Lama
Paradigma Baru
Pengukuran, perhitungan, prediksi
Pemahaman, deskripsi, prediksi
Kausalitas, frekuensi
Makna
Analisis statistik
Interpretasi
Reduksi realitas pada angka-angka
Bahasa, wacana, simbol
Atomistik
Holistik
Universal
Partikularitas
Bebas Konteks
Terkait konteks budaya
Objektivitas
Subjektivitas


·         Tokoh-tokoh Hermeneutika dan Pemikirannya
1.      Friedrich Schleiermacher lahir  di Breslau Selatan Polandia (1768-1834). Dia adalah peletak dasar hermeneutika modern sekitar dua abad lalu. Schleiermacher dijuluki sebagai Bapak Teologi Modern sekaligus sebagai Bapak Hermeneutika Modern.
2.      Wilhelm Dilthey hidup sezaman dengan Nietzsche dan ia yang menguatkan fundasi Schleiermacher itu.
3.      Martin Heidegger dilahirkan dalam tradisi Katolik yang taat di kota Messkirch Jerman (Lemay& Jennifer A. Pitts, 2001:28). Filsafat Heidegger adalah sebagai upaya untuk memikirkan terus arti syarat eksistensi yang ia sebut sebagai “Ada”. “Ada” sebagai syarat awal atau dasar yang memungkinkan segala sesuatu yang lahir menjadi “ada”.
4.      Paul Ricoeur. Hermeneutika Ricoeur acap disebut sebagai fenomenologi- hermeneutika. Jasa terbesar tokoh yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai pemenang hadiah Balzan Prize for Philosophy pada tahun 1999 ini. Ricoeur meilhat hermeneutika secara mendasar terbagi atas dua model. Model pertama adalah hermeneutika yang bertujuan untuk merestorasi makna yang ditujukan pada “saya” melalui sebuah teks atau pesan.Model kedua, adalah hermeneutika ”kecurigaan” yang bertujuan menyingkap kebohongan dan ilusi kesadaran. Langkah Hermeneutika Ricoeur:
Langkah
Proses
Hasil
Distansiasi
Otonomi teks
Dunia internal teks
Interprestasi
Menelaah teks acara utuh (Komposisi, genre, gaya) (melalui pendekatan fenomenologi). Menganalisis  struktur cerita (melalui semiotik).
Semantik permukaan (kebenaran performatif). Semantikd alam(sense of text).
Apropriasi
Melihat teks dengan sikap percaya & curiga untuk memperoleh makna
Katarsis, transformasi diri

Makna teks adalah sense dan reference. Sense Adalah isi ideal wacana menurut struktur formalnya. Reference adalah gerak transenden ke arah realitas.
5.      Hans-Georg Gadamer lahir di Marburg. Jerman pada tanggal 11 Februari tahun 1900. Gadamer belajar di Universitas Breslau, Marburg, Freiburg dan Munich. Gadamer merupakan salah satu tokoh  hermeneutika terkemuka dan memperoleh gelar doktor pada usia 22 tahun di bawah bimbingan Martin Heidegger. Pokok-pokok pikiran hermeneutika Gadamer:
Ø  Pengetahuan tidak hanya bebas “prasangka”, akan tetapi justru memerlukannya. Karena itu, daripada kita menyembunyikan prasangka, lebih baik mengeksplisitkannya.
Ø  Karena tidak bebas prasangka, maka pemahaman tidak bisa dilepaskan dari Wirkungsgeschichte, yaitu kenyataan bahwa pemahaman juga merupakan suatu kontinuitas proses sejarah.

Ada tiga hal penting dalam pemikiran hermeneutika Gadamer:
Ø  Memahami kenyataan (realitas) sesungguhnya adalah menafsirkan.
Ø  Semua pemahaman pada pokoknya terikat dengan bahasa.
Ø  Pemahaman atas makna teks tidak dapat dipisahkan dari aplikasinya.
Ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkannya:
Ø  Dalam konteks apa suatu teks ditulis
Ø  Bagaimana komposisi tata bahasa teks, bagaimana menyatakan dan apa yang dinyatakannya.
Ø  Bagaimana keseluruhan teks (pandangan dunianya).
·         Jenis-jenis Hermeneutika
Josef Bleicher (1980) membagi hermeneutika atas 3 jenis:
Ø  Hermeneutika Teoritis adalah hermeneutika yang mencari makna atau pemahaman yang sesuai dengan maksud penulis/pengarang teks.
Ø  Hermeneutika Filosofis ini berbeda dengan hermeneutika teoritis. Hermeneutika teoritis ingin mencari makna teks yang sesuai dengan maksud penulis/pengarang teks, artinya mengandaikan atau percaya adanya penafsiran yang objektif, hermeneutika filosofis beranggapan sebaliknya.
Ø  Hermeneutika Kritis bertujuan untuk mengungkap “kepentingan” penggagas/pengarang/penulis teks. Artinya, “teks” diposisikan sebagai sesuatu yang “dicurigai” lantaran dapat saja menyimpan kesadaran-kesadaran palsu.
·         Monosemi Teks dan Polisemi Teks
            Dalam tradisi hermeneutika, Schleiermacher, Dilthey, Betty dan Hirsh adalah para hermeneutika yang mencita-citakan suatu pemahaman yang benar dengan mencari makna yang asli. Cita-cita pencapaian penafsiran yang objektif disini diistilahkan sebagai monosemi teks. Gadamer yang menganjurkan dan membukan jalan bagi hermeneutika dengan kemungkinan munculnya berbagai penafsiran yang berbeda diistilakan sebagai polisemi teks.
·         Konteks Budaya-Sosial dan Penafsiran Makna/Teks
            Konteks Budaya merupakan kumpulan pengetahuan dan perilaku bahasa yang sama-sama dimiliki oleh sejumlah kelompok atau masyarakat tertentu. Ia mencakup keseluruhan sistem dari prinsip-prinsip budaya, pola-pola komunikasi antar masyarakat dan bentuk-bentuk perilaku yang diterima dalam satu budaya tertentu. Sementara itu konteks sosial adalah keanggotaan seseorang dalam masyarakat, dimana ia akrab dengan nilai-nilai dan keyakinan budaya, pranata serta sikap dan pandangan individu dalam masyarakat.
·         Lingkaran Hermeneutika dan Asumsi-asumsi Mengapa Manusia Bisa (Saling) Memahami
            Hermeneutika dewasa ini pada umumya menolak penafsiran satu arah. Lima asumsi dasar:
Ø  Memahami
Ø  Tindakan dan gerak-gerik tubuh serta tutur kata
Ø  Manusia memiliki kemampuan ”menembus” lapisan luar
Ø  Daya pemahaman manusia tidak terbatas
Ø  Dua orang yang asing satu sama lain yang hidup dalam konteks yang berbeda, dapat saling memahami
·         Hermeneutika dan Ilmu-ilmu Sosial Kemanusian
            Wilhelm Dilthey, salah satu tokoh hermeneutika, yang pemikirannya sudah di singgung, mengemukakan dua bidang ilmu pengetahuan. Pertama adalah Naturwissenchaften mengacu kepada ilmu-ilmu alam, kedua adalah Geisteswissenschaften mengacu kepada ilmu-ilmu sosial-kemanusian. Perbedaan antara Naturwissenchaften dan Geisteswissenschaften:
Faktor Pembeda
Naturwissenchaften
Geisteswissenschaften
Objek
“Benda-benda fisik”
Manusia
Hubungan Subjek-Objek
Tidak saling memengaruhi
Saling memengaruhi
Metode
Erklaren (penjelasan)
Verstehen (interpretasi/ hermeneutika

·         Hermeneutika Radikal (Dekonstruksi)
            Konsep penting dalam postmodernisme adalah dekonstruksi. Dekonstruksi menjadi konsep penting dalam penelitian sosial-budaya. Dekonstruksi ini kerap disebut sebagai “hermeneutika radikal”. Rorty melakukan pembedaan hermeneutika menjadi 2: (1) hermeneutika tipe biasa(normal) dan (2) hermeneutika tipe “luar biasa” atau radikal (Rorty,1980;1981). Terdapat 2 model interpretasi. Model pertama adalah model penafsiran yang berupaya memaparkan semacam “impian-impian” ihwal satu kebenaran atau disebut Derrida sebagai hermeneutika metafisik. Model kedua adalah interpretasi yang mendukung “permainan bebas”- model hermeneutika disebut hermeneutika non-metafisik (Derrida, 1978:282).





Bab 9 – FENOMENOLOGI

·         Pengertian Fenomenologi dan Perbedaan Fenomenologi Kant dan Hegel dengan Husserl
Fenomenologi terbentuk dari kata fenomenon yang artinya sesuatu yang menampakkan diri dan logos yang artinya ilmu. Jadi fenomenologi berarti ilmu yang membahas tentang sesuatu yang menampakkan diri.

Istilah fenomenologi digunakan pertama kalinya oleh Immanuel Kant dan George Wilhelm Friedrich Hegel.

Kant mengemukakan istilah fenomena dan noumena yang mengacu pada apa yang tampak dan dapat dimengerti. Kant membuat perbedaan dari fenomena sebagai realita yang dapat diketahui, dapat diobservasi sedangkan noumena sebagai hakikat realitas yang berada dibalik fenomena yang kita tidak dapat memahaminya sebab tidak ada jalan masuk indrawi ke noumena itu.

Hegel mengemukakan istilah fenomena sebagai panampakan diri dari akal yang tidak terbatas saja. Bagi Hegel, tidak ada pertentangan antara fenomena dengan noumena, tidak ada pertentangan antara yang dapat diamati dengan yang tidak dapat dipikirkan secara rasional.

Husserl mengemukakan istilah fenomena dengan sebutan fenomenologi yang menolak pandangan reduksionisme (melihat manusia sebagai fakta objektif). Pandangan seperti ini disebut Husserl dengan “naturalism” yang berarti pandangan filosofis yang menjadi sikap ilmiah positivisme yang melihat segala sesuatu sebagai alam yang diatur oleh hukum-hukum alam secara universal.
·         Fenomenologi Husserl
Ada beberapa istilah dalam fenomenologi Husserl yaitu
a.       Epoche ; menunda atau mengosongkan diri dari praduga-praduga, penilaian dan pengandaian itu. Tujuannya, agar keterangan yang tampak dalam fenomena itu benar-benar asli, tidak terlebih dahulu dicampuri oleh praduga pengamat.
b.      Reduksi
No
Jenis Reduksi
Keterangan

1

Reduksi fenomenologis
Sebagai sikap menyisihkan pengalaman pada pengamatan pertama, sehingga pengertian terhadap suatu objek tidak terdistorsi oleh praduga, penilaian dan sebagainya.

2

Reduksi eidetis
Sebagai sikap untuk menemukan eidos/esensi yang tersembunyi. Hasilnya adalah pemilihan hakikat yang sebenarnya dan bukan sesuatu yang sifatnya asesoris atau imajinasi semata.
3
Reduksi transendental
Subjek yang dihayati oleh kesadaran itu sendiri.

c.       Intensionalitas ; kesadaran merupakan selalu kesadaran tentang sesuatu. Ada aspek dalam intensionalitas yaitu Konstitusi yang berarti aktivitas kesadaran menuju suatu penampakan fenomena dalam kesadaran.
d.      Lebenswelt ; dunia sebagaimana kita hayati dengan pandangan idealisme maupun rasionalisme.

·         Fenomenologi Martin Heidegger
1.      Fenomenologi sebagai Analisis Eksistensial
Heidegger memokuskan pengamatan fenomenologinya mengarah kepada dunia manusia yang ada dalam dunia menunjukkan keterlibatan, keterkaitan, komitmen dan keakraban manusia dengan lingkungan alam dan budayanya.

2.      Tujuan Fenomenologi Heidegger
Tujuannya untuk mengetahui problem apa yang diangkat oleh Heidegger sendiri seperti “lupa akan makna Anda” dan mengembangkan metode khusus untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang “makna Anda” yang telah dilupakan orang tersebut.  Secara teoritis maksudnya adalah dapat dilihat dari pelbagai pandangan ilmu pengetahuan atau teori-teori yang mengabaikan nilai dan makna eksistensi manusia. Sementara itu dari segi praktis maksudnya adalah ditandai dengan gejala-gejala seperti rutinitas, kedangkalan hidup serta ketidakaotentikan dalam menjalankan kehidupan.

·         Fenomenologi Merleau Ponty
1.      Pengertian Fenomenologi
No
Pengertian Fenomenologi
1
Fenomenologi adalah pembahasan mengenai esensi.
2
Fenomenologi adalah filsafat yang mengembalikan esensi ke keberadaannya dan merumuskan tentang manusia dan dunia bertolak dari fakta dan keberadaanya saja.
3
Fenomenologi adalah satu filsafat transedental yang sengaja menunda kepastian yang timbul dari sifat natural, agar dapat menghayatinya dengan lebih sempurna.
4
Fenomenologi adalah filsafat yang menerima kenyataan bahwa dunia telah tersedia sebelum melakukan usaha perenungan tentang dunia itu.
5
Seluruh usaha fenomenologi terpusat pada peletakan kembali hubungan langsung dengan dunia itu, secara langsung dalam iklim primitif,akan tetapi kontak itu dilakukan secara filosofis.
6
Fenomenologi merupakan filsafat yang ingin menjadi filsafat yang rigrous dan sekaligus memberi pulang untuk ruang, waktu dan dunia yang di dalamnya kita berada.
7
Fenomenologi mencoba memberi satu deskripsi langsung mengenai pengalaman kita seadanya, tanpa mempertimbangkan segi-segi asal usul psikologis dan tanpa menerima keterangan tentang penyebab yang mungkin dapat diberikan oleh ilmuwan, sejarawan atau sosiolog.

2.      Penolakan atas Dualisme
3.      Persepsi
Persepsi adalah suatu intensi dari seluruh ada kita, yaitu suatu cara mengada yang terletak dalam dunia pra-objektif.

·         Perbedaan Fenomenologi Husserl dengan Heidegger dan Ponty
Pada fenomenologi Husserl, Husserl mengajukan beberapa tahapan reduksi untuk sampai kepada esensi. Pada Heidegger maupun Ponty, mereka menolak atau mengabaikan reduksi-reduksi Husserl tersebut. Perbedaan lainnya, apabila pada fenomenologi Husserl masih ada tujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia sebagaimana adanya, pada Heidegger dan Ponty tidak lagi bertujuan semacam itu.

Diantara perbedaan-perbedaan yang ada, ketiganya tetap memiliki persamaan yaitu tentang bagaimana menjembatani kesenjangan antara pengalaman  subjektif dan objektif.

·         Fenomenologi dan Ilmu-ilmu Sosial-Kemanusiaan
Objek pada ilmu-ilmu social-kemanusiaan adalah manusia lengkap dengan dinamikanya yang tidak dapat diseragamkan satu sama lain. Sementara pada ilmu-ilmu alam, dimana objeknya adalah benda-benda fisik, relatif lebih dapat diperlakukan sama.

·         Fenomenologi dan Psikologi
Ciri-ciri Psikologi Humanistik
No
Ciri-ciri Psikologi Humanistik
1
Memusatkan perhatian pada seseorang yang mengalami.
2
Menekankan pada kualitas-kualitas yang khs manusiawi seperti kesadaran, kebebasan memilih, kreativitas dan realisasi diri sebagai lawan dari manusia yang mekanistik dan deterministic.
3
Menekankan arti dan makna dalam pemilihan masalah dan prosedur penelitian dan menolak penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengabaikan arti.
4
Menempatkan nilai kemanusiaan pada tempat yang tinggi, memperhatikan pengembangan potensi-potensi yang inheren pada setiap individu, dan membantu individu menempatkan diri di tengah masyarakat.

                        Asumsi Psikologi Humanistik tentang Manusia
No
Asumsi Psikologi Humanistik tentang Manusia
1
Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan lebih kuat dari determinisme mekanisme naluriah atau deternimisme lingkungan.
2
Manusia adalah makhluk rasional
3
Manusia adalah makhluk yang utuh.
4
Manusia berada antara menentukan diri dan pengaruh lingkungan.
5
Manusia adalah makhluk yang mengalami perubahan.
6
Subjektivitas lebih dominan dari objektivitas.
7
Manusia cenderung proaktif daripada reaktif.
8
Manusia berada dalam ketegangan antara homeostesis dan heteroestesis.
9
Manusia tidak dapat diketahui sepenuhnya.


0 komentar:

Posting Komentar

times

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

SpongeBob SquarePants